Transkrip Episode 1 Podcast Jaringan Etnografi Terbuka

Transkrip Episode 1 Podcast Jaringan Etnografi Terbuka: Apa itu Etnografi? Wawancara Dengan Ben Hegarty, Bagian Pertama
00:00:11 Tito Ambyo
Halo dan selamat datang di podcast Jaringan Etnografi Terbuka, sebuah ruang diskusi dan belajar tentang etnografi dan penjelajahan etnografi sebagai pendekatan yang terbuka dan kolaboratif. Saya Tito Ambyo dari RMIT University dan bersama kita akan menyelami berbagai aspek etnografi.
Episode pertama ini menghadirkan Doktor Benjamin Hegarty atau Ben, antropolog yang saat ini bekerja di bidang kesehatan masyarakat di Kirby Institute, di UNSW Sydney, dan juga di School of Anthropology and Museum Ethnography di Oxford. Buku yang ditulis oleh Ben, The Made-Up State, tentang waria di Indonesia diterbitkan oleh Cornell University Press pada tahun 2022 dan mendapat penghargaan Anne Bolin and Gilbert Herdt Prize dari American Anthropological Association.
Pertanyaan yang akan kita gali bersama dengan Ben, yang sudah mendapat banyak penghargaan ini, adalah pertanyaan yang mendasar namun juga cukup kompleks: Apa itu sesungguhnya etnografi?
Dalam percakapan ini Ben mengajak kita untuk memikirkan kembali definisi etnografi yang mungkin selama ini kita kenal atau yang mungkin selama ini sudah diajarkan ke kita di kelas-kelas antropologi, misalnya. Dia menekankan bahwa etnografi bukanlah sekadar metode penelitian, melainkan sebuah cara berkomunikasi dan mengekspresikan pemahaman tentang budaya yang beragam. Kita juga akan membahas bagaimana etnografi berevolusi dari masa Darwin hingga praktik kontemporer serta tantangan dan peluang yang dihadapi etnografi dalam konteks institusional yang modern.
Selamat mendengarkan.
00:02:03 Ben Hegarty
Silahkan.
00:02:05 Tito Ambyo
Ben, selamat datang.
00:02:08 Ben Hegarty
Makasih.
00:02:09 Tito Ambyo
Kamu etnografer, antropolog, dan kita di sini mau bicara, nih, tentang etnografi. Tapi, sebelum kita bicara tentang itu, kalau lagi nongkrong otak etnografer tuh selalu, selalu aktif enggak?
00:02:26 Ben Hegarty
Iya. Jadi data ya?
00:02:27 Tito Ambyo
Selalu. Jadi, memang kalau etnografer tuh enggak pernah berhenti bekerja, mungkin, ya?
00:02:31 Ben Hegarty
Kalau di lapangan, ya, kadang, kadang sulit, apa ya, membedakan antara lapangannya apa dan di mana gitu? Jadi, supaya bisa apa? Apakah ini masuk semacam kerja gitu? Kalau ketemu teman-teman jadi semakin lama semakin, apa, ya? Mendalami satu budaya mungkin semakin sulit untuk berhenti kerja.
00:02:58 Tito Ambyo
Nah, tapi ini untuk yang enggak tahu etnografi itu apa mungkin kita mulai dari situ dulu, deh. Apa, etnografi itu apa sih sebenarnya, Ben?
00:03:06 Ben Hegarty
Etnografi itu apa, ya? Jadi, ada banyak. Mungkin pertama harus bilang ini kalau definisi pribadi aku atau definisi salah satu karena sebenarnya definisi etnografi, disiplin yang menggunakan etnografi itu banyak sekali. Tidak hanya antropologi.
Tetapi kalau kita melihat sejarah atau latar belakang etnografi sebenarnya mulai muncul dari bidang ilmu antropologi gitu. Sebenarnya kebetulan S3 saya di bidang ilmu antropologi di ANU. Kalau definisi yang saya paling suka sebenarnya etnografi, etnografi itu bukan metode perkumpulan data, tapi sebenarnya cara menulis. Cara menulis. Cara mengekspresi atau membentukkan sesuatu untuk sampaikan hal-hal terkait dengan budaya. Bukan setempat, tapi budaya.
00:04:14 Tito Ambyo
Karena apalagi kalau etnografi modern seringkali bukan cuma satu tempat, ya, tapi beberapa tempat yang mungkin berhubungan gitu.
00:04:21 Ben Hegarty
Betul atau salah satu fenomena yang tidak punya satu tempat ataupun tidak ada, apa ya, kaitan dengan budaya manusia. Jadi, ada yang juga fokus kepada non-human atau mungkin hewan atau bentuk-bentuk yang yang tidak manusia gitu. Jadi, jadi banyak sih bentuk etnografi.
00:04:49 Tito Ambyo
Dan hubungannya dengan antropologi itu apa? Maksudnya, kan etnografi tentunya dipakai oleh ilmu sosial lainnya, bahkan bukan cuma ilmu sosial, ya. Bahkan kayak Charles Darwin juga dulu menulis etnografi kan. Hubungannya dengan antropologi itu apa? Apakah antropologi harus selalu etnografi? Dan apakah etnografi selalu antropologi? Atau antropologi itu beda dengan dengan etnografi?
00:05:14 Ben Hegarty
Ya, menarik sekali. Biasanya definisi yang saya suka pakai adalah kalau etnografi salah satu bentuk untuk komunikasi, bisa bilang, dan tidak hanya tulisan, tapi juga bisa visual, gitu, bisa foto, bisa video, film, dan lain-lain. Antopologi itu salah satu bentuk profesi. Profesi. Jadi, kalau kita melihat sejarah antopologi. Sejarah, ya, sedikit. Kalau kita kembali lagi ke Charles Darwin contohnya. Dia seorang zoolog, mungkin bisa bilang, ya, atau natural science. Dan kalau melihat, apa ya, bentuk, belum ada antropologi namanya, tapi orang-orang yang melakukan etnografi. Mereka sebenarnya semua scientist dibilang ilmu science, natural science dari psikologi, biologi, dan lain-lain. Dan mereka melihat manusia sebagai salah satu bagian dari lingkungan. Tapi, semakin lama semakin berbentuklah bidang ilmu namanya atropologi dan sebenarnya itu ada, apa ya, bisa bilang seperti bidang ilmu yang lain kepentingan sendiri. Mereka mau ada sumber-sumber dana untuk melakukan penelitian yang saya, mereka suka. Mereka ingin ada, apa ya, mahasiswa-mahasiswa, tempat di dalam institusi namanya universitas. Jadi, menurut saya, ya, antropologi itu, kalau bilang antropologi itu tidak bisa lepas dari mungkin bisa bilang professionalization gitu di dalam universitas di mungkin belakangan ini, sih, tidak ada 100 tahun, mungkin, kalau kita melihat bentuk antopologi yang ada sekarang.
00:07:15 Tito Ambyo
Jadi, etnografi lebih tua dari antropologi sendiri, ya?
00:07:18 Ben Hegarty
Ya, sebenarnya. Dan mungkin akan ada etnografi setelah antropologi tidak ada lagi. Siapa tahu, ya? Jadi, ya, bidang ilmu seperti itu, sebenarnya salah satu bentuk untuk profesi gitu. Jadi, kalau saya bilang saya antropolog sebenarnya itu karena saya punya profesi di situ, gitu, seperti wartawan atau yang lain.
00:07:44 Tito Ambyo
Alasan kamu milih etnografi itu apa? Untuk meneliti yang kamu pengen teliti?
00:07:50 Ben Hegarty
Pertanyaannya menarik, ya. Mungkin karena sejak saya kecil saya selalu, apa ya, penasaran tentang semua hal di sekitar aku, gitu. Jadi, saya suka sekali bertanya-tanya, gali gitu tentang sesuatu. Jadi, etnografi itu sebenarnya kalau aku melihat adalah salah satu bentuk komunikasi yang sangat tepat untuk orang-orang yang penasaran, yang sangat curious tentang dunia secara umum, ya.
Tapi, kalau saya ke kampus untuk belajar S1, kuliah S1 saya ambil jurusan Asian Studies, waktu itu, itu 20 tahun yang lalu. Jadi 2001, ya, aku mulai S1. Dan sebenarnya Asian Studies itu saya sangat suka, menarik sekali. Jadi, saya punya kesempatan juga untuk ke Indonesia dan saya sangat senang di tempat yang berbeda dengan tempat yang saya lahir dan dibesarkan gitu. Dan jadi kekuatan di situ menurut aku dan saya sebenarnya, apa ya, mulai dari berteman gitu. Jadi, saya punya teman-teman, saya suka nongkrong, saya suka di situ. Sebenarnya dari situ jadi ingin belajar lagi tentang budaya dan sejarah Indonesia. Tentu saja setiap orang punya jalan yang berbeda kalau bilang antropologi, tapi sebenarnya kalau saya apa ya sesederhana itu: Saya senang dan, apa ya, ketemu orang-orang yang berbeda dengan aku. Saya suka gitu.
00:09:37 Tito Ambyo
Jadi, kalau senang nongkrong pilihlah etnografi, ya?
00:09:41 Ben Hegarty
Iya. Gitu. Tapi nanti kerjaannya tidak akan selesai gitu. Jadi, kan kalau bilang etnografi tidak hanya nongkrong. Siapa saja boleh nongkrong, ya. Tapi harus menulis. Jadi nongkrong terus malam itu atau setelah nongkrong nanti kita harus menulis namanya field notes atau catatan dari lapangan. Jadi, kita menulis observasi apa yang kita lihat, rasa, dengar, gitu.
00:10:13 Tito Ambyo
Benar. Dan nanti ada episode khusus tentang itu, ya? Catatan dari lapangan.
Dan kalau dibandingkan dengan, kan, etnografi ini kualitatif, nih, ya, dan banyak kualitatif, banyak metode lainnya, atau, apa, cara penulisan lainnya. Wawasan seperti apa sih yang biasanya bisa didapat dari etnografi kalau dibandingkan dengan metode-metode lainnya?
00:10:39 Ben Hegarty
Pertanyaannya bagus sekali. Kalau saya, sih, kalau mungkin saya berbicara sedikit tentang karir aku saat ini. Saya sebenarnya, kalau dulu saya di Melbourne, University of Melbourne, saya di departemen antropologi yang lumayan, apa ya, standar gitu. Jadi, dengan antropolog-antropolog yang lain. Tapi, sekarang saya kerja di Kirby Institute, di UNSW, salah satu pusat penelitian infeksi menular gitu. Jadi, kalau di situ saya kerja dengan tim yang sangat bervariasi, jadi ada orang-orang dari dokter, dokter anak, ada salah satu pediatrician di tim kami. Ada juga quantiative researcher dari public health, epidemiolog dan lain-lain.
Jadi, sebenarnya kalau saya melihat etnografi, kalau saya sendiri, saya sedikit, apa ya, merasa etnografi itu tidak hanya kualitatif, tapi juga bisa menggunakan data-data kuantitatif juga. Tentu saja biasanya antropolog, etnografer biasanya tidak kumpulkan quantitative data sendiri, jadi melakukan survey-survey besar contohnya. Tapi bisa juga menggunakan data-data dari, apa ya, metode-metode tersebut. Tapi, yang mungkin etnografi wawasannya seperti apa, bisa, bisa diberikan.
Menurut saya, etnografi itu mulai dari pengalaman dan sebenarnya bagus sekali untuk mencari pertanyaan-pertanyaan yang tepat dengan orang-orang atau masalah yang ada di lapangan. Jadi, daripada biasanya kalau aku melihat atau ditanya etnografi atau antropolog, apa ya, kalau ada ciri khas antropologi menggunakan teori seperti apa? Menurut saya, antropologi menggunakan teori tidak sebagai kerangka atau framework menempel satu masalah atau mulai dari situ. Tapi, sebenarnya mulai dari rumput, mulai dari apa yang mendengar, melihat, kumpul data-data apapun di lapangan, kemudian cari teori-teori yang bisa menjelaskan apa temuan yang kita ketemu di lapangan. Jadi, sebenarnya dari pengalaman. Jadi pengalaman mungkin inti dari etnografi yang menurut saya, etnografi yang bagus.
00:13:10 Tito Ambyo
Bisa cerita enggak di Kirby Institute itu praktiknya seperti apa? Gimana kerja sama epidemiolog misalnya? Dan apa yang kamu sumbangkan sebagai antropolog di dunia infeksi menular ini?
00:13:23 Ben Hegarty
Jadi kita ada beberapa proyek saat ini. Mungkin salah satunya adalah saya biasanya…Kalau antropologi menurut saya sayang sekali, tapi antropologi itu semakin lama semakin jadi, apa ya, berbentuk kerjain sendiri, melakukan sendiri penelitiannya. Kalau di bidang public health, global health atau science, mungkin science, seluruhnya sebenarnya tidak ada yang namanya bekerja sendiri gitu. Semua melakukan dengan tim gitu. Jadi, tentu saja ada, apa ya, bentuk kolaborasi yang bagus, ada yang kurang bagus, ada yang sulit di situ, tapi menurut saya itu, itu sesuatu yang bisa belajar banyak sekali dari itu.
Dan sebenarnya pertanyaannya jadi etnografi itu bisa memberikan, apa ya, kontribusi seperti apa kepada hal-hal seperti itu. Jadi, kalau bentuk kolaborasi, contohnya saya sedang mulai salah satu project terkait dengan namanya PrEP atau pre-exposure prophylaxis untuk HIV yang sedang dilakukan di Indonesia dan itu atas kolaborasi atau kerja sama dengan beberapa dokter, epidemiolog, dan lain-lain. Dan sebenarnya kalau aku melihat etnografi itu bisa kontribusi apa? Tentu saja itu saya bisa menulis dengan mungkin cepat dan lumayan bagus, rapi. Saya bisa koordinasi salah satu project, jadi project management. Jadi sebenarnya, apa ya, bentuk research itu sebenarnya sama aja. Tidak berbeda.
Tapi, kalau ditanya kontribusi aku apa sebenarnya menurut saya untuk menyuarakan komunitas yang sering dilupakan atau terlupa dari dari bentuk ilmu sains umum. Jadi, mungkin dari situ kalau pekerjaan saya.
00:15:30 Tito Ambyo
Ya, mungkin kalau saya pikir contohnya seperti saya pernah baca di Amerika ketika COVID gitu, ya, yang kemudian pemerintah Amerika melakukan, apa, lockdown segala macam. Tapi kemudian karena dilihatnya cuma dari data yang terpengaruh paling, yang terimbas karena lockdown itu adalah kaum marjinal, kan, karena kalau kita melihat cuma data besarnya saja. Mungkin kita harus melihat oh ini yang harus kita lakukan. Mungkin epidemiolog akan bilang: oh, ini yang harus kita lakukan, lockdown. Kalau saja ada seorang etnografer atau antropolog mungkin akan bilang, oh, kita harus bertanya dulu nih ke komunitas-komunitas yang akan terimbas. Jadi, mungkin seperti itu, ya, apa etnografer tuh bisa, ya, memberi pertanyaan yang lebih baik, apa memberi kontribusi tentang ini loh ada…Jadi, seperti jurnalisme sebenarnya?
00:16:25 Ben Hegarty
Ya, tidak jauh berbeda, tapi untuk, kalau antropolog jadi salah satu bagian dari timnya, mudah-mudahan bisa mendorong ilmu-ilmu yang berkuasa. Karena sebenarnya kalau kita melihat ilmu apa yang berkuasa di dunia politik, ekonomi dan lain-lain sebenarnya itu tidak, bukan antropologi, kan? Antropologi itu bidang ilmu yang sangat kecil, yang biasanya tidak dilihat sebagai sesuatu yang practical gitu, yang bisa dipakai gitu. Jadi, kalau politician dan lain-lain, mereka biasanya tanya kepada epidemiolog, kayak orang-orang yang punya data yang besar, data set yang besar sekali.
Jadi menurut saya, saya semakin lama semakin merasa antropolog harus ke situ, harus ke situ juga kalau kita mau, apa ya, menyuarakan dan sebenarnya saya agak, apa ya, mungkin ini sedikit tradisional aku, tapi menurut aku antropologi punya peran penting untuk menyuarakan orang-orang yang suaranya tidak begitu berkuasa.
Mungkin itu tidak, apa ya, sesuatu yang sangat terkini tapi sebenarnya menurut aku sangat penting karena banyak orang yang sebenarnya di marjin yang semakin lama semakin jelek sih sebenarnya kondisi politik, kondisi ekonomi untuk orang-orang. Jadi, menurut saya tetap jadi penting orang-orang yang ngelihat, yang menyuarakan, dan bisa ada di ruangan yang biasanya hal-hal yang tidak dipikirkan dan mungkin itu tetap jadi peran untuk antropolog di depan menurut saya.
00:18:10 Tito Ambyo
Ya, jadi mungkin mirip sekali dengan jurnalisme, ya? Memberi suara ke orang-orang yang mungkin dilupakan karena hegemoni itu.
00:18:21 Ben Hegarty
Ya, betul.
Dan juga, semakin lama, menurut aku juga, antropolog punya peran untuk, apa ya, jadi orang bisa bilang komunitas itu konsepnya agak lucu, ya. Yang membedakan antara orang-orang sains dan komunitas.
Tapi, sebenarnya semakin lama juga saya melihat peran untuk antropologi jadi salah satu jembatan untuk orang-orang yang biasanya tidak punya kesempatan untuk belajar, tidak punya kesempatan atau privilege untuk dapat S3 dan punya posisi yang berkuasa untuk ke situ, untuk ke situ.
Jadi, antropologi bisa, apa ya, menjadi salah satu kesempatan atau jembatan untuk orang-orang masuk di dunia sains juga. Jadi mudah-mudahan dengan lama bisa merubah si bentuk sains supaya orang-orang lebih beragam, suara-suara lebih representatif.
00:19:27 Tito Ambyo
Terwakilkan, gitu, ya?
Dan itu berhubungan dengan nanti yang akan kita bicarakan, ya, tentang etnografi terbuka dan bagaimana etnografi terbuka itu ingin menjadi jembatan ini, ya, untuk orang-orang yang mungkin tidak punya kesempatan untuk menjadi antropolog itu kemudian bisa terlibat dengan antropologi atau dengan etnografi.
Tapi sebelum itu, ya, tentunya kita…Saya juga menggunakan etnografi, saya suka etnografi. Tentunya kamu juga mencintai etnografi. Kekurangannya apa etnografi itu?
00:19:54 Ben Hegarty
Kekurangannya apa, ya? Iya, kekurangannya, mungkin itu kekurangannya tidak dari etnografi sendiri, tetapi mungkin dari batasan-batasan yang ada di dalam institusi menurut saya atau bentuk bidang ilmu, disiplin di dalam institusi yang saya sekarang kita pakai nama universitas. Saat ini, ya.
Jadi, menurut saya etnografi itu kadang-kadang dilihat sebagai salah satu hal yang sangat spesialis. Mungkin itu pertama, ya. Jadi metode yang hanya bisa dipakai kalau antropolog secara profesional kemudian tinggal di satu tempat, mungkin berbulan-bulan ataupun bertahun-tahun. Kemudian kalau mau menulis atau publish di jurnal-jurnal antropologi yang ternama harus ada bentuk yang sangat, apa ya, ketat, gitu, dan sempit. Jadi, biasanya seperti saya ceritakan tadi, biasanya hanya satu orang, tidak sebagai tim. Jadi biasanya saya akan menulis tanpa, dan saya pernah tentu saja menulis beberapa tulisan di jurnal, buku pun hanya pakai nama saya walaupun banyak sekali orang-orang berkontribusi kepada si hasilnya gitu. Jadi, kadang-kadang bentuk etnografi yang ada saat ini kadang-kadang sedikit infleksibel.
00:21:33 Tito Ambyo
Dan mungkin berhubungan dengan yang kamu bilang itu etografi itu kan, apa ya, alat penelitiannya itu adalah diri kita sendiri.
00:21:43 Ben Hegarty
Dan tubuh.
00:21:45 Tito Ambyo
Dan tubuh kita sendiri, ya, apa, indra kita sendiri. Tapi kan kalau kita pikir tentang tubuh kita, pikiran kita, pasti ada bias-bias juga kan? Bagaimana kita bisa mengurangi bias itu sebagai etnografer?
00:22:00 Ben Hegarty
Ya, pertanyaannya bagus dan sering sekali saya dengar pertanyaan itu dari mahasiswa. Di sini maupun di Indonesia.
Jadi, menurut saya etnografi itu, salah satu hal yang sangat penting adalah hal itu, jadi, tubuh sendiri, pengalaman dari, pengalaman, apa yang kita mengalami jadi salah satu, apa ya, titik mulai untuk pertanyaan-pertanyaan, untuk bikin teori, gitu. Jadi, untuk semua hal yang kita ngelihat tidak bisa lepas dari sebenarnya itu dari kita sendiri. Dari pengalaman pribadi, gitu. Jadi, daripada mungkin mengurangi, coba mengurangi bias, kita harus menulis dengan lebih jelas pengalaman kita seperti apa. Hal-hal yang sangat idiosinkratik atau hal-hal yang hanya saya merasakan atau pikirkan kira-kira seperti apa? Sejelas mungkin. Kalau bentuk tulisan, ya, menulis gitu. Dan itu sebenarnya bisa menjadi salah satu, apa ya, alat yang sangat penting untuk juga untuk refleksi diri, mungkin, refleksi diri, tapi juga sebagai salah satu bentuk data atau alat metodologi untuk pikir tentang hal-hal terkait dengan etika penelitian. Etika penelitian, cara kita mengumpulkan data.
Jadi, mungkin bisa melihat dari sejarah antropolog juga ada beberapa skandal, ya. Jadi, skandal seperti orang-orang yang sebenarnya, apa ya, yang dia biasanya laki-laki. Dia ke lapangan, kemudian dia punya banyak asisten. Kemudian dia, apa ya, mereka yang sebenarnya kumpulkan data dan melakukan sebagian besar, membentukkan si etnografi tersebut, tapi mereka tidak di-mention, gitu. Jadi, ada hal-hal seperti itu yang menurut saya kalau kita daripada mengurangi bias, kita menulis, menjelaskan secara seterbuka mungkin.
00:24:23 Tito Ambyo
Dan lagi-lagi kata itu, ya, terbuka. Terbuka itu sangat penting sepertinya. Dan tentunya etnografi juga kalau dari penjelasan kamu itu pasti sangat mahal, ya? Karena memerlukan waktu. Jadi, apakah itu juga salah satu kekurangan etnografi? Apalagi kalau lihat dilihat dari lensa universitas, ya. Kan universitas pengennya, ya, pendanaan bisa digunakan dengan efektif, tapi etnografi itu sangat tidak efektif, ya?
00:24:51 Ben Hegarty
Ya, betul.
00:24:52 Tito Ambyo
Atau mungkin bukan efektif? Efisien?
00:24:55 Ben Hegarty
Ya, betul. Jadi, bisa jadi efektif tapi bukan efisien. Betul. Tapi, itu mungkin menurut saya sudah bertahun-tahun mungkin. Sudah 50 tahun, lah. Mungkin selalu seperti itu. Tidak ada waktu yang zaman emas yang bisa bilang waktu itu kita bisa hilang ke lapangan, lepas dari kelas-kelas mahasiswa, murid, gitu, bisa hidup di suatu tempat satu tahun kemudian balik lagi, kemudian kita duduk santai menulis. Mungkin tidak ada zaman emas seperti itu di universitas.
Tapi, kalau melihat saat ini, mungkin kembali lagi kepada kepentingan politik dan ekonomi. Saat ini bentuk data-data yang dipercaya oleh pemerintah, oleh bidang ilmu yang sebenarnya berkuasa adalah data-data, biasanya data-data kuantitatif, data data yang berbentuk, bisa bilang numerikal, ya. Jadi, semakin lama semakin, apa ya, ruangan untuk menjelaskan dengan cara yang sedikit literary. Karena kalau kita melihat etnografi sebagai salah satu zona atau bentuk komunikasi bentuk cara menulis sebenarnya juga penting bagaimana kita menulis. Jadi, antropologi sebenarnya sangat literary. Satu, apa ya, aliran etnografi, literary, gitu. Jadi, ada cara atau gaya sendiri. Sebenarnya kalau saya sekarang itu dilihat sebagai, apa ya, penuh dengan mungkin dicurigai ada bias atau tidak bisa digunakan sebagai data. Tapi, menurut saya harus, ya, mungkin harus lebih pintar dengan bagaimana kita menggunakan data-data tersebut.
00:26:52 Tito Ambyo
Dan, ya, apa, kalau kita bicara tentang antropologi yang, apa, yang nyastra gitu kan? Literary. Indonesia salah satu tempat yang menjadi laboratorium itu juga, gitu, ya? Misalnya, Geertz, misalnya, dia banyak menulis tentang…
00:27:06 Ben Hegarty
Margaret Mead
00:27:07 Tito Ambyo
Margaret Mead, gitu, kan? Jadi, Indonesia sebenarnya, dan ini saya mau menghubungkan dengan dengan bagian 2 nih dengan etnografi terbuka.
Terima kasih telah mendengarkan episode pertama podcast Jaringan Etnografi Terbuka. Ini baru bagian pertama dari wawancara kami dengan Ben. Tapi, dari percakapan dengan Ben Hegarty hari ini ada beberapa poin penting yang bisa kita bungkus dan bawa pulang.
Yang pertama, etnografi bukan hanya metode penelitian, tapi cara berkomunikasi dan berbicara untuk mengekspresikan dan mengarsipkan pemahaman tentang budaya dan pengalaman manusia yang beragam.
Kedua, sebagai etnografer, kita tidak pernah benar-benar berhenti bekerja karena pengamatan dan refleksi selalu menjadi bagian dari cara kita berinteraksi dengan dunia dan dari cara kita meneliti tentang dunia sekitar kita.
Ketiga, etnografi memiliki peran penting dalam memberikan suara kepada komunitas yang sering terlupakan, terutama dalam konteks penelitian yang multidisiplin.
Keempat, alih-alih menghindari bias, kita perlu transparan tentang posisi dan pengalaman kita sebagai bagian dari proses penelitian yang etis dan efektif.
Dan yang terakhir, meskipun etnografi menghadapi berbagai tantangan struktural dalam institusi zaman sekarang, fleksibilitas dan adaptasi dalam pendekatan etnografi memungkinkan kerja kolaboratif yang bermakna.
Di episode selanjutnya, kita akan melanjutkan percakapan dengan Ben tentang etnografi terbuka dan bagaimana pendekatan ini bisa menjadi lebih inklusif dan kolaboratif.
Kalau mau tahu lebih banyak tentang Ben, kamu bisa ke websitenya di www.benjaminhegarty.com Benjamin, nama pertamanya Ben. Dan nama keduanya, Hegarty. Di websitenya kami bisa juga unduh bukunya, The Made-Up State, secara gratis.
Untuk tahu lebih banyak tentang jaringan etnografi terbuka. Kunjungi website kami di etnografiterbuka.org.
Terima kasih untuk keluarga JET, terutama Annisa Beta, Eni Puji Utami, Fikri Haidar, dan Benjamin Hegarty. Terima kasih juga untuk Komang Rosie Clynes untuk komposisi musik yang bisa kamu dengar saat ini.
Jangan lupa untuk berlangganan dan bagikan podcast ini ke teman-teman yang juga tertarik dengan etnografi. Sampai jumpa di episode berikutnya. Saya Tito Ambyo untuk podcast Jaringan Etnografi Terbuka. Terima kasih. Sampai ketemu lagi.
Responses